Kamis, 25 Agustus 2016

Kota Perantauan.

Di kota ini tidak ada kamu, bahkan kita.
Hanya kenangan yang mengikutiku sampai kembali ke perantauanku.
Kita kembali hidup masing-masing.
Kau sibuk memetik buah yang tanam sejak dulu.
Sedang aku, sibuk menanam pohon yang mendekati umurnya untuk berbuah.
Tidak lama lagi.
Katamu, perempuan berhak menyelesaikan tanggung jawabnya; bersekolah, bekerja, dan membahagiakan orang tua. Lalu, memikirkan lelaki.
Melihat kamu, aku jadi mengerti tanggung jawabku.
Kamu; seorang lelaki lama dengan versi terbaru.
Lelaki yang tidak pernah terpikir olehku untuk terjatuh lagi.
Dan ini benar-benar terjatuh.
Perempuan mana yang tidak mengagumi lelaki seperti kamu?
Cerdas, baik hati, pandai menghargai, mapan, dewasa, dan rajin beribadah.
Kamu; lelaki paling dewasa yang pernah aku temui.
Aku, tak pernah ada niat untuk menjatuhkan hati padamu saat itu.
saat kau tak hanya pandai memperlakukan sebagaimana 'perempuan' pada umumnya.
Aku ingat malam itu, kau begitu peduli. Membuat dunia sempat berhenti. Membuat dunia seperti milik kita berdua.
Genggaman malam itu, aku yakin, kau begitu nyaman denganku.
Aku merasa hangat.
Tak pernah sehangat itu aku rasakan pada yang lalu.
duh! Aku jatuh hati lagi.
Namun, sayang, kau orang yang tepat di waktu kurang tepat.
Aku masih terus memperbaiki diri, agar setara denganmu.
Agar layak menjadi milikmu. Kelak.
Dan aku tak pernah menolakmu, kala itu.
Lalu, sekarang kau tahu kan alasannya?
Dan, sayang, tunggu rindu ini pulang.
Kadang aku rindu masa kecil.
Bukan karena kita tak tahu apa itu cinta dan rasa sakit karenanya.
Tapi, aku bisa melihat dan bersamamu dalam waktu yang cukup lama.
Tunggulah, sayang, aku akan segera pulang.
Dan membalas semua perasaanmu dengan aku yang lebih baru dan baik untukmu.
AF.