Jatuh cinta tak pernah sesakit ini.
Saat itu aku menemukannya sedang tersesat dalam kegundahannya. Ingin pindah tapi takut tak akan senyaman sebelumnya. Semesta memberikan perkenalan yang mungkin sekarang menjadi sia-sia. Dulu, semesta bersama kami. Aku mengenalnya sesosok lelaki yang berbeda. Mungkin awal perkenalan selalu mengatakan, dia beda. Perkenalan yang tak sengaja dan menyenangkan. Di sampingnya aku merasa tenang, di sampingnya aku merasa, mungkinkah dia untukku?
Aku merasa dia adalah lelaki yang akan menyelamatkanku dari kelamnya masa lalu. Dan aku juga merasa, mungkin aku bisa menyembuhkannya dari kesakitannya.
Ternyata tidak. Aku hanya berhasil membuatnya tersenyum, membuatnya tidak terlalu hidup dalam kesedihannya. Membuatnya melihat jalan di depan jauh lebih indah, dan berhenti melihat ke belakang yang sangat menyesakkan dadanya.
Tapi, lain hal dengan kesembuhan hatinya, ia menemukan yang lain. Entah karena tak nyaman atau mungkin hanya pantas dijadikan sahabat.
Entahlah.
Dia menemukannya, perempuan yang duduk menyendiri bermain dengan sepinya. Entah apa yang ia sukai darinya. Apakah karena ia juga menyukai sepi?
Aku tak tahu.
Ia tak pernah tahu akan usahaku untuk menyembuhkannya. Ia tak pernah tahu bahwa aku menantinya sejak lama.
Tapi tak ada kata kejujuran, sudah tak ada niat untuk membuatnya kembali. Dia menemukan kebahagiaannya. Bukan aku, tentu. Aku tak ingin mengganggunya. Tapi aku akan bersinar seperti yang lalu, selalu ada seakan matahari. Apapun yang kau butuh, aku selalu ada untuk menjadi penyembuh.
Dan mungkin aku akan mencari penyembuh untuk diriku sendiri juga.
Cintailah dia dengan cinta yang kau miliki. Temukan kebahagiaan yang bukan sebenarnya fana. Dan berjanjilah untuk selalu bahagia, sesedih apapun yang akan kau alami.
Dari aku, yang sekarang mengagumimu dari jauh.
Dalem...
BalasHapus