Perempuan di sudut ruang ini sedang menulis sesuatu. Ia terlihat sibuk dengan dunianya. Dia tak menyadari akan sekelilingnya. Cafe ini adalah salah satu tempat favoritnya setelah kamarnya. Ia tak menyukai kesepian tetapi untuk menulis ia tak ingin keramaian. Di cafe ini, terdapat beberapa meja untuk nongkrong bersama teman-teman, yang unik di sini juga terdapat tempat yang hanya menyediakan tempat duduk untuk sendiri. Khusus untuk satu orang. Tempat ini cocok untuk mereka yang suka menulis
Ia masih sibuk dengan dunianya. Aku mengenali perempuan yang di pojok sana. Sangat mengenalnya.
Ingin ku hampiri tetapi aku tidak terlalu peecaya diri.
-----
Surat cinta. Ah, bukan. Ini adalah surat kerinduan. Menuangkan cerita keseharianku selama ini tanpanya. Ia yang pergi entah kemana. Aku tak tahu. Hari ini aku menulis ceritaku lagi.
Hai, kamu yang entah dimana. Aku menemukan lelaki yang tepat. Ia hidup menggantikanmu. Aku akan menikah dalam bulan ini. Semoga kau dapat datang menemui kami. Aku telah lama pergi dari kehidupanmu. Dan memulai hidup yang baru. Ia mendapatkanku ketika aku sedang rapuh-rapuhnya. Ia menyelamatkanku.
Kau dimana?
Ia ada, dan kau tetap ada. Kau tetap tinggak di hatiku, maafkanlah aku membagi tempatmu dengannya. Aku tak bisa selamanya hidup dengan harapan.
Tahukah kamu, banyak yang memiliki harapan, tetapi tak banyak yang bertahan?
Aku contohnya.
Pertahananku rapuh dan ia lelaki yang baik. Ia menyelamtkanku berkali-kali. Ia tahu siapa aku, luar dan dalam.
Aku mulai mencintainya.
Jadi, maukah kau datang di acaraku nanti?
-----
"Aku pasti datang."
"Kau?"
Perempuan itu menatapku tak percaya.
"Ini aku. Maafkanku. Aku pasti datang."
Mata perempuan itu berkaca-kaca.
"Bahagiakah kau sekarang?"
Ia mantan kekasihku. Yang tak bisa ku pertahankan. Yang tak akan bisa kubahagiakan.
"Bahagia." Aku berbohong.
"Aku akan bahagia jika kau bahagia."
Malam itu pertemuan di cafe yang penuh dengan harapan, ia memelukku erat. Sangat erat. Tak ingin kulepaskan lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar