Akan ada rasanya kau bolak-balik memeriksa handphone dan berharap ada sebuah pesan masuk dari seseorang yang kau tunggu. Yang kau cintai.
Akan ada rasanya ketika kau membuka facebook dan berharap dia sedang online atau paling tidak dia mengomentari statusmu. Memberimu alasan jika tak ada kabar melalui pesan atau telepon. Ia mengabarimu melalui facebook.
Rasa jatuh cintaku saat itu sesederhana itu.
Rasa jatuh cinta yang tak pernah terkalahkan oleh orang-orang baru yang kutemui.
Rasa jatuh cinta yang tak pernah tergantikan.
Rasa jatuh cinta yang mungkin saja tak akan kembali.
Beberapa tahun berlalu dan entah sudah berapa kali berganti pasangan. Dia. Aku. Sama saja.
Rasa itu masih tersisa dan tersimpan di ujung hati. Tak terlalu nampak karena semakin berjalannya waktu, aku menemukan sosok baru dan menempati tempat yang pertama kali dikunjungi olehnya. Perasaanku baginya harus rela berbagi tempat dengan sosok-sosok baru. Perasaan lama yang terhimpit dan semakin mengecil.
Tak ada yang lebih menyedihkan saat kau harus melepaskan karena sebuah keterpaksaan.
Ia tak ingin menyakitiku semakin dalam, katanya.
Lalu kenyataan mengatakan, bertahun-tahun berlalu dan rasa sakit semakin menjadi.
Saat aku tak sengaja bertemu dengannya.
Saat aku tak sengaja menemukannya di akun social media.
Saat aku ingin tidur dan tiba-tiba bayangannya menghantui.
Tak ada yang kalah menyeramkan dihantui oleh masa lalu yang tak ingin kau lepaskan.
Tapi harus kau lepaskan. Harus.
Lalu, setelah bertahun-tahun berlalu. Yang kunantikan adalah sebuah pertemuan.
Makan malam, mungkin?
Hahaha, kita akan memakan kenangan. Kau mungkin akan tertawa, dan aku juga. Tetapi, ingatlah aku masih akan menangisinya.
Entah sekeasal apakah dirinya saat itu. Tak pernah lagi ada penjelasan yang pasti.
Kau tahu apa yang lebih menyebalkan daripada sesuatu yang tidak pasti?
Iya, saat kau harus mengakhiri hubungan dengan alasan yang tak pasti pula.
Saat itu, pertama kaliku mengerti; aku membenci ketidakpastian.
Saat tak sengaja membaca pesan-pesan lama, di sana tersimpan sebuah harapan kecil. Akankah kembali?
Akankah ada kesempatan?
Akankah ada pertemuan dan kita berpesta masa lalu?
Lalu kau kembali?
Lalu aku berjanji menjadi orang yang tak pernah menyesal lagi. Beberapa tahun, doa dan harapanku selalu sama:
Kau akan baik-baik saja sampai kau kembali. Aku rumah yang tak pernah melupakan kenangan. Dan aku berjanji, kau akan mengingat semuanya.
Jadi, masa lalu, aku kembali menjadi masa depan.
Masa lalu, aku masa depan, yang ingin menjakmu (kembali) berdamai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar