Senin, 01 Oktober 2012

Blog, novel dan kamu.


Lama juga juga ya tidak menulis di blog ini.
Apa kabar hari ini? Sama seperti biasanya, tidak ada perubahan. Masih jatuh cinta dengan orang yang sama.
Siapa dia? Apa kabar dia?
Dia adalah orang yang bisa dibilang porsinya pas. Kadang kita sering mengobrol walaupun Cuma sekedar bbm-an, kadang dia menghilang dalam waktu yang tidak ditentukan.
Namanya juga jatuh cinta. Sejam, bahkan sehari tidak ada kabarnya itu rasanya seperti setahun.
orang yang tau cerita ini tidak banyak.
Masih sama. Masih ada yang menggosipkan saya dengan si A atau si B. Well, saya tidak bisa mengelak. Mau mengelak bagaimana lagi? Itu hanya membuang waktu dan nafas. Kadang saya hanya tersenyum melihat mereka.
Lama tidak mengunjungi blog ini, jadi kangen.
Di blog ini, saya bisa menumpahkan segala perasaan yang susah buat di ceritakan ke orang lain.
Saya butuh pendengar. Ralat, pendengar baik dan bisa di ajak bicara dan konsultasi.
Blog ini ternengkalai karena saya sedang sibuk dengan sekolah. Masuk jam 7 pagi, pulang jam 14.30 wita. Saya juga lagi dalam proses menyelesaikan project baru. Menulis novel. Deadline-nya bulan November. Karena kalau jadi saya ingin memberikan ke first reader. Iya, buat dia.
Tapi sepertinya tidak gampang. Karena kesibukan yang lain.
Cerita di novel tidak jauh dengan cerita saya. Hanya ada beberapa fiksi sedikit. Yang tau cerita saya dan dia pasti sudah mengerti jalan ceritanya.
Saya bahagia. Karena mempunyai kesamaan dengan dia. Dia yang menurutku type yang langka. Kenapa? Well, dia adalah anak gaul. Tapi, dia juga suka menulis dan membaca novel.
Kita sering mengobrol tentang tulisan kita. Dia memberiku semangat ketika saya lagi stuck nulis, kadang gantian saya yang menyemangatinya. Dia sering stuck.
Kami juga suka denga novel dan film perahu kertas. Ini seperti mimpi. Radar neptunus itu bekerja. Apapun itu.
Hal yang tak terduga adalah ketika saya memberitahunya bahwa lagu yang mengiringi saya menulis adalah Perahu Kertas. Saya pikir dia akan tertawa atau mungkin apalah. Ternyata dia juga sama. Dia kaget, dia seperti tidak percaya. Dia menggantung pertanyaan sampai saat ini.. kata dia ada sesuatu karena kesamaan ini. Dia tidak memberi tahu apa sesuatu itu. Saya berharap lebih. Cinta.
Mungkin juga ini karena radar neptunus.
Hai, kamu yang sedang sibuk dengan duniamu.
Sekarang dia sedang sibuk dengan yang namanya tugas kuliahnya. Sama sepertiku yang sibuk dengan tugas sekolah.
Kangen, tapi tidak berani menghubungi duluan.
Hal ini banyak terjadi di kalangan secret admirer. Tangan sudah mengetik tapi untuk menekan enter atau bahkan send sangat susah. Yang di takutkan adalah respon dia. Apa hanya di read atau mungkin parahnya di end chat. Hanya Tuhan yang tahu.
Tapi bukan seharusnya cowok menghubungi kita duluan?
Saya adalah type yang pas. Kadang suka menghubungi duluan, kadang juga tidak.
Kesibukannya membatalkan project ini. Kita mau ketemuan untuk mengobrol. Mungkin hanya soal tulisan saja. Itu yang membuatku bahagia, karena saat itu dia yang mengirim pesan itu duluan.
Jujur, moodbooster saya adalah dia. Tulisan lebih lancar karena dia. Tapi, dia sibuk dengan dunianya dan tulisan saya seperti terbengkalai. Tapi saya harus melanjutkan novel ini dengan atau tanpa dia.
Kita mempunyai janji dan project yang sama selain tulisan sendiri. Jika nanti tulisan kita rampung, kita berniat menulis novel berdua. Project bersama. Semoga ini tidak hanya harapan, tapi terlaksana suatu saat nanti.
Saya ingat pesan terakhirku ke dia: “mau ga mau kamu harus pentingin pendidikan dulu. Ya, kan tulisan itu sampingan juga. Sama kayak Kugy, saya lupa dia bilang apa di novel, cuma dia pentingin pendidikannya dan pekerjaan barunya yang berbeda. Kalau engga dia mau makan apa nanti? Terus jadi penulis dongengnya dia bisa lanjutkan di hari tua.”
Dia memberiku nilai 100.
Aku memberi dia semangat untuk keduanya. Dia tumben, dia memberiku pesan smile yang menurutku tulus dan ucapan terima kasih. Ini lebih dari cukup. Dia menjadi lebih semangat. Bahkan dia memanggilku Captain. Aku aneh dengan sikap dia saat itu.
Dan itu obrolan terakhirku. Dia sekarang sibuk kembali dengan kuliahnya. Aku masih setia menunggu. Aku mencintainya, menyayanginya. Dia telah mencuri salah satu.
Apa kabar kita? Kita jadi bertemu? Itu selalu dipikiranku.
Nama dan harapan tidak pernah absen di dalam doaku. Bahkan selesai sholat selalu berdoa.
“Tuhan aku menyayanginya. Jika kau mengijinkan aku dengannya, dekatkanlah. Jika tidak, jauhkanlah. Sukseskan tulisan kami berdua. Kami mempunyai cita-cita yang sama, yaitu penulis. Tuhan, hamba ingin menjadi partner hidupnya, tidak hanya menjadi sesama calon penulis.”
Lalu, banyak yang menyuruhku berhenti, tapi bagaimana?
Nowplaying: Maudy Ayunda – Tahu diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar