Okay.
Hari ini ngerasa banget kalau banyak perubahan terjadi pada
diri saya. Entah apa saja. Tapi terasa banget feel-nya.
Hari ini bbku tiba-tiba berlayar putih. Saking takutnya,
langsung lepas baterai dan charge. Langsung berharap, was-was ngeliatin hape
yang lagi ngerestart. Sepertinya bb ini minta di ganti. Casing belakangnya udah
ga rapet, tapi kata kakak baterai aman dan ga gendut. Tenang.
Setelah memastikan bb udah baik, langsung kembali ke kamar
dan bicara dengan kakak yang lagi asik nonton madagascar di kamarku.
Pembicaraan yang mulai serius: saya ingin kerja sampingan. Apapun itu. Entah
spg atau apa. Pengennya tahun depan setelah jadi mahasiswa. Jadi sambil kuliah
juga kerja. Ya mungkin gajinya ga seberapa, tapi yang penting ada buat
tambah-tambah uang jajan. Karena, well, saya ingin membeli ini itu, dan tidak
bisa terlalu berharap dengan orang tua. Okay, ortu sebetulnya mampulah bayarin
saya ini itu, tapi sebagai anak berusia 17tahun saya baru berpikir; kasian juga
ya ortu udah bayarin apapun dari kecil, sekolah. Terus mau bayarin kemauan saya
yang masih tergolong remaja labil? Okay, saya memang remaja labil. Ingin beli
baju, tas dan perlengkapan remaja untuk menunjang kecantikan dan ingin di
bilang modis. Dan saya rasa saya tidak bisa membeli itu semua pake uang ortu.
Sudah terlalu banyak beban mereka, ditambah saya yang agak keras kepala dan
sering membuat mereka jengkel.
Berlanjut ke masalah lain.
Salah satu teman atau mungkin mantan teman yang dulu saya
ceritakan sampai menangis mengupdate status di twitter. Entah saya geer atau
tidak, saya hanya merasa itu mungkin buat saya. Dia berkata kalau ilfeel. Okay,
dulu dia pernah bilang ilfeel dengan saya. Saya mah sebodo sekarang.
Satu pengakuan: SAYA SUDAH TIDAK MEMPUNYAI RASA APA-APA SAMA
ANDA DAN TOLONG BERHENTI MENEKAN SAYA DAN GEER SAMA SAYA LAGI.
Saya kecewa karena teman saya sudah berubah. Sekali. Entah
“jiwa” apa yang merasukinya. Saya tau salah satu penyebabnya, tapi tidak etis
saya bicarakan disini. Saya juga mulai merasa semenjak kita sudah tidak
berteman dia sangat “melenceng”. Bahkan salah satunya, keyakinannya mulai
salah-salah; shalat dhuha lebih wajib daripada sholat 5 waktu. Crazy rite?
Tapi, sudahlah membahasnya, kapan-kapan kalau saya punya unek-unek soal anak
ini saya akan bercerita.
Saya benar-benar bersyukur sama Tuhan.
Bagaimana kita tahu jika kita sudah dipersiapkan seseorang
yang memang lebih baik?
Memang dia tidak sempurna, dia tidak terlalu baik juga. Kita
sudah pernah, well, kissing dan belum berpacaran. Tapi dia benar-benar merubah
saya. Tuhan, saya begitu bersyukur dengan adanya. Tidak pernah saya merasa
bebas seperti ini. Bebas melakukan apa yang dianggap impian.
Mempunyai kesamaan, sama-sama menyukai bidang menulis. Dan
bercita-cita menjadi penulis. Menyukai novel. Mungkin ada juga seperti dia
diluar sana, tapi saya merasa sangat dekat dengannya dan impian saya.
Setiap hari saling menghubungi satu sama lain, walaupun
hanya bertanya soal tulisan tanpa pernah bertanya soal “kita”. Dia terlalu
terobsesi dengan impiannya itu. Kadang saya yang memberi dia semangat, kadang
juga dia yang memberiku semangat. Tapi, bagaimanapun perhatianku lebih besar
daripada dia. Iya, itu benar.
Saya ingin menetap disini dan tidak ingin pindah lagi. Saya
terlalu cinta dengan Makassar, teman-teman, cita-cita, dan dia. Saya merasa
nyaman tinggal disini dan saya yakin cita-cita kami terwujud. Saya berharap
tidak ada kata pindah. Yang hanya saya takutkan adalah kepindahan. Saya ingin
tetap disini, ingin bersamanya. Tapi saya tidak bisa berkata ini dengan
keluarga. Saya juga ingin mengejar cita-cita saya disini.
Mbak, kalau baca tulisan saya ini, saya berharap mbak bisa
mengerti dan tidak bersifat egois. Saya ingin mengejar cita-cita saya yang
sudah semakin dekat. Penulis. Saya sudah mempunyai teman hidup yang akan
sama-sama bekerja sama untuk mengejar cita-cita kami. Doakan kami berdua, mbak.
Maafkan jika saya bisa berpikir seperti ini. Apa rasanya jika saya memilih yang
bukan saya inginkan? Hasilnya hanya akan menjadi nol. Saya memang keras kepala,
tapi saya tidak ingin mengulangi kesalahan saya kembali. Dipilihkan dan dipaksa
menjadi bukan saya. Saya capek. Yang terjadi apa? Saya tersiksa. Lihat kan
hubungan saya dengan teman-teman dikelas? Pelajaran? Iya, saya selalu berusaha
memberi yang terbaik, tapi apa daya Cuma ini yang saya dapatkan dan
persembahkan buat kalian. Nicken yang pendiam dan sangat berbeda dengan dulu.
Saya rindu diri saya yang dulu.
Hari ini aku juga bermimpi.
Bersama kamu, aku tidak takut
lagi menjadi pemimpi.
Bersama kamu, aku ingin memberi
judul bagi buku ini.
Karena hanya bersama kamu,
segalanya terasa dekat, segala sesuatunya ada, segala sesuatunya benar. Dan
bumi hanyalah sebutir debu di bawah telapak kaki kita.
Diatas adalah surat Kugy yang harusnya ditujukan untuk
Keenan di dalam Perahu Kertas. Entah kenapa saya merasa itu menjadi milik saya
untuk dia. Dengan tokoh yang dibuatnya, Langit. Dan saya memanggilnya Awan
didalam cerita yang saya buat.
Terimakasih atas waktumu. Saya terlalu banyak berharap
selain menjadi partner dalam meraih cita-cita ini. Partner hidupmu. Selamanya.
Terimakasih Tuhan sudah menemukanku dengannya. Betapa bahagianya saya bertemu
dengannya. Saya, dia dan tulisan cita-cita ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar