Kamis, 18 Oktober 2012

hari itu, 13 october 2012


Okay.
Hari ini ngerasa banget kalau banyak perubahan terjadi pada diri saya. Entah apa saja. Tapi terasa banget feel-nya.
Hari ini bbku tiba-tiba berlayar putih. Saking takutnya, langsung lepas baterai dan charge. Langsung berharap, was-was ngeliatin hape yang lagi ngerestart. Sepertinya bb ini minta di ganti. Casing belakangnya udah ga rapet, tapi kata kakak baterai aman dan ga gendut. Tenang.
Setelah memastikan bb udah baik, langsung kembali ke kamar dan bicara dengan kakak yang lagi asik nonton madagascar di kamarku. Pembicaraan yang mulai serius: saya ingin kerja sampingan. Apapun itu. Entah spg atau apa. Pengennya tahun depan setelah jadi mahasiswa. Jadi sambil kuliah juga kerja. Ya mungkin gajinya ga seberapa, tapi yang penting ada buat tambah-tambah uang jajan. Karena, well, saya ingin membeli ini itu, dan tidak bisa terlalu berharap dengan orang tua. Okay, ortu sebetulnya mampulah bayarin saya ini itu, tapi sebagai anak berusia 17tahun saya baru berpikir; kasian juga ya ortu udah bayarin apapun dari kecil, sekolah. Terus mau bayarin kemauan saya yang masih tergolong remaja labil? Okay, saya memang remaja labil. Ingin beli baju, tas dan perlengkapan remaja untuk menunjang kecantikan dan ingin di bilang modis. Dan saya rasa saya tidak bisa membeli itu semua pake uang ortu. Sudah terlalu banyak beban mereka, ditambah saya yang agak keras kepala dan sering membuat mereka jengkel.
Berlanjut ke masalah lain.
Salah satu teman atau mungkin mantan teman yang dulu saya ceritakan sampai menangis mengupdate status di twitter. Entah saya geer atau tidak, saya hanya merasa itu mungkin buat saya. Dia berkata kalau ilfeel. Okay, dulu dia pernah bilang ilfeel dengan saya. Saya mah sebodo sekarang.
Satu pengakuan: SAYA SUDAH TIDAK MEMPUNYAI RASA APA-APA SAMA ANDA DAN TOLONG BERHENTI MENEKAN SAYA DAN GEER SAMA SAYA LAGI.
Saya kecewa karena teman saya sudah berubah. Sekali. Entah “jiwa” apa yang merasukinya. Saya tau salah satu penyebabnya, tapi tidak etis saya bicarakan disini. Saya juga mulai merasa semenjak kita sudah tidak berteman dia sangat “melenceng”. Bahkan salah satunya, keyakinannya mulai salah-salah; shalat dhuha lebih wajib daripada sholat 5 waktu. Crazy rite? Tapi, sudahlah membahasnya, kapan-kapan kalau saya punya unek-unek soal anak ini saya akan bercerita.

Saya benar-benar bersyukur sama Tuhan.
Bagaimana kita tahu jika kita sudah dipersiapkan seseorang yang memang lebih baik?
Memang dia tidak sempurna, dia tidak terlalu baik juga. Kita sudah pernah, well, kissing dan belum berpacaran. Tapi dia benar-benar merubah saya. Tuhan, saya begitu bersyukur dengan adanya. Tidak pernah saya merasa bebas seperti ini. Bebas melakukan apa yang dianggap impian.
Mempunyai kesamaan, sama-sama menyukai bidang menulis. Dan bercita-cita menjadi penulis. Menyukai novel. Mungkin ada juga seperti dia diluar sana, tapi saya merasa sangat dekat dengannya dan impian saya.
Setiap hari saling menghubungi satu sama lain, walaupun hanya bertanya soal tulisan tanpa pernah bertanya soal “kita”. Dia terlalu terobsesi dengan impiannya itu. Kadang saya yang memberi dia semangat, kadang juga dia yang memberiku semangat. Tapi, bagaimanapun perhatianku lebih besar daripada dia. Iya, itu benar.
Saya ingin menetap disini dan tidak ingin pindah lagi. Saya terlalu cinta dengan Makassar, teman-teman, cita-cita, dan dia. Saya merasa nyaman tinggal disini dan saya yakin cita-cita kami terwujud. Saya berharap tidak ada kata pindah. Yang hanya saya takutkan adalah kepindahan. Saya ingin tetap disini, ingin bersamanya. Tapi saya tidak bisa berkata ini dengan keluarga. Saya juga ingin mengejar cita-cita saya disini.
Mbak, kalau baca tulisan saya ini, saya berharap mbak bisa mengerti dan tidak bersifat egois. Saya ingin mengejar cita-cita saya yang sudah semakin dekat. Penulis. Saya sudah mempunyai teman hidup yang akan sama-sama bekerja sama untuk mengejar cita-cita kami. Doakan kami berdua, mbak. Maafkan jika saya bisa berpikir seperti ini. Apa rasanya jika saya memilih yang bukan saya inginkan? Hasilnya hanya akan menjadi nol. Saya memang keras kepala, tapi saya tidak ingin mengulangi kesalahan saya kembali. Dipilihkan dan dipaksa menjadi bukan saya. Saya capek. Yang terjadi apa? Saya tersiksa. Lihat kan hubungan saya dengan teman-teman dikelas? Pelajaran? Iya, saya selalu berusaha memberi yang terbaik, tapi apa daya Cuma ini yang saya dapatkan dan persembahkan buat kalian. Nicken yang pendiam dan sangat berbeda dengan dulu. Saya rindu diri saya yang dulu.
Hari ini aku juga bermimpi.
Bersama kamu, aku tidak takut lagi menjadi pemimpi.
Bersama kamu, aku ingin memberi judul bagi buku ini.
Karena hanya bersama kamu, segalanya terasa dekat, segala sesuatunya ada, segala sesuatunya benar. Dan bumi hanyalah sebutir debu di bawah telapak kaki kita.
Diatas adalah surat Kugy yang harusnya ditujukan untuk Keenan di dalam Perahu Kertas. Entah kenapa saya merasa itu menjadi milik saya untuk dia. Dengan tokoh yang dibuatnya, Langit. Dan saya memanggilnya Awan didalam cerita yang saya buat.
Terimakasih atas waktumu. Saya terlalu banyak berharap selain menjadi partner dalam meraih cita-cita ini. Partner hidupmu. Selamanya. Terimakasih Tuhan sudah menemukanku dengannya. Betapa bahagianya saya bertemu dengannya. Saya, dia dan tulisan cita-cita ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar