Sabtu, 24 November 2012

Hujan


 (pics from google)
Tidak pernahkah kamu berpikir tentang hujan?
Bagaimana denganku?
Aku sangat menyukai hujan. Hujan secara perlahan membawa kenangan-kenangan manis terputar kembali.
Walau hanya dalam sebuah ingatan.
Hujan tidak pernah kita bisa ramal kedatangannya.
Seperti halnya setiap orang baru, setiap orang yang membawa kebaikan dan keburukan.
Apa kamu mencintai hujan? Tidak? Hahaha kamu lucu.
Bagaimana denganku?
Ya, aku sangat mencintai hujan. Begitu indahnya jika kita dapat rasakan.
Ada kenangan yang tersimpan di dalam setiap butiran air hujan yang turun.
Hujan. Hujan itu lucu, suka mengingatkan sesuatu yang biasanya ingin kita lupakan.
Tapi aku akan mencoba tetap mencintai hujan.
Meskipun air hujan ikut turun dari mataku.
Ya, aku masih teringat kenangan, masih mencintai kenangan, mungkin?
Bagaiamana denganmu?
Kamu mulai mencintai hujan? Hahaha lagi-lagi kamu lucu.
Kenangan akan menjadi kenangan. Kembali atau tidaknya itu sudah di atur dengan-Nya.
Mari kita lupakan kenangan dan memulai hari baru bernama ‘kita’.
Maukah kamu berbagi selimutmu denganku ketika hujan?
Maukah kamu menjadi penghangat ketika hujan? Memelukku dengan erat dan mengusap rambutku?
Maukah kamu menjadi teman meminum moccacino hangatku ketika hujan?
Maukah kamu menjadi pelangi setelah hujan?
Ah, pertanyaan diatas terlihat sangat bodoh, kamu bahkan tidak mencintai hujan. Hahaha sudah-sudah, aku ingin berhenti tertawa.
Apakah bisa suatu saat semua itu terwujud?
Pelangi sesudah hujan. Apakah itu kamu?

Kita?



Kita adalah sebuah cerita yang baru di mulai.
Kita adalah sebuah takdir yang telah diatur.
Kita adalah sebuah harapan dan mimpi yang akan terwujud nanti.
Kita adalah bahagia yang tertunda.
Kita adalah kesedihan yang telah terlewati.
Kita adalah aku, kamu, dan mimpi.
Kita adalah cerita yang mungkin akan berakhir indah.
Kita.. masihkah ku harus menyebut kita?
Kita.. bukankah sepasang kekasih?
Kita? ah, aku dan kamu tidak akan menjadi Kita.
Kamu dan aku hanyalah sebuah mimpi.
Tapi yang telah diketahui, Kita adalah anak manusia yang masih mencari jawaban hidup.
Kapan kamu dan aku menjadi Kita?

Kamis, 22 November 2012

Secret Admirer; Karate


“Ken!”
“ya, kenapa?” kataku, ketika salah satu teman berteriak dan berlari ke arahku.
“katanya kamu bisa karate ya? Lihat dong, lihat!”
Aku mengerutkan kening dan menggaruk-garuk kepala tanda sedang bingung, kenapa tiba-tiba temanku memintaku untuk menunjukkan karate di depannya.
Dia memaksaku untuk menunjukkan karate di depannya. Mau enggak mau aku harus menunjukkan kepadanya. aku terdiam beberapa saat, karena aku sudah lupa dengan katak dalam karate.
“bentar ya, Put. Aku agak lupa sama katak-katak itu.”
Aku mencoba mengingat katak dalam karate, lalu mempraktekannya di depan Putri. Kebetulan suasana kelas sedang sepi jadi aku tidak harus malu karena dikira sedang berlaku bodoh lagi.
Aku mempraktekkan katak 1 dan katak 2 sambil sesekali lupa. Tapi tidak apa, toh Putri tidak tahu dimana letak salahnya, kataku dalam hati.
Kelasku terbuka lebar, dan jendela yang bebas dapat dilihat dari luar tanpa gangguan. Kelas yang lumayan strategis, karena siswa-siswa yang lain kalau ingin pergi ke kantin pasti melewati kelasku.
Tak lama ketika aku sedang mempraktekkan katak dalam karate, tiba-tiba Putri mendadak sumringah. Tak lama kemudian..
“kamu bisa karate?” tiba-tiba terdengar suara laki-laki mengagetkanku.
Aku menoleh secara perlahan dan pasti. Dan terkaget ketika melihat di belakangku ada dia, orang yang ku kagumi selama 3 tahun ini. Awan.
“hey, hello?” awan melambaikan tangannya di depan mukaku. Dan kemudian ku mulai tersadar bahwa ini bukan mimpi.
“oh, maaf.  Tadi kenapa, ya? Karate? Oh karate ya?” aku gugup. Salah tingkah terlihat jelas dalam diriku. Mampus, kataku dalam hati.
Awan tertawa kecil lalu berkata, “iya, karate. Kamu bisa karate?”
“bisa dong! Tapi dulu. Emang kenapa?”
“dulu? Enggak sih, aku Cuma nanya.”
“iya, waktu masih smp. Itupun sampai sabuk kuning. Enggak lanjut sabuk hijau. Eh, kamu kan guru karate ya?”
Awan mengangguk sambil tersenyum.
“wah, mau dong di ajarin karate lagi!” tanpa sadar mulutku tidak berhenti berkata. Bodoh, bodoh! kenapa sih aku cerewet banget? Kelihatan kan kalau salah tingkah. Duh.
“yuk, kapan mau? Hahaha.”
“uhuk, uhuk, aku juga mau sih ikut.” Putri tanpa aba-aba lalu berkata seperti itu.
“yuk, semuanya ikut! Hahaha”
Aku menyenggol Putri tanda tak setuju. Toh dia tahu kan aku suka Awan. Dia pasti akan menggagalkan rencana disana. Dia adalah tipe cewek yang cepat bosan. Sedikit-sedikit minta pulanglah, apalah.
“besok ya, Wan? Gapapa, nih? Umm, Pacarmu?” tanyaku hati-hati.
“udah, gausah dipikirin, beres.”
Kita janjian di sekolah sore harinya.
Benar juga Awan sudah tiba di sekolah memakai seragam karate. Dia memakai sabuk hitam. Sabuk hitam menyatakan dia sudah menjadi guru.
Aku yang datang memakai seragam karate dengan memakai sabuk kuning menatapnya ngeri. Dia disana sudah sibuk berlatih sendirian. Tuhan, apa ini pilihan yang benar?
Aku menyapanya dan memulai pemanasan sebelum masuk ke dalam latihan. Dia mengajariku karate dan mengingatkan setiap katak yang pernah aku pelajari. Dia lembut tapi keras. Lemubut dari caranya berbicara namun keras dalam mengajariku.
Aku semakin kagum dibuatnya, tak percaya aku sedang belajar karate dan hanya berdua dengannya. Tak pernah terbayang di dalam otakku bersamanya, hanya berdua. Tuhan memang selalu memberiku kejutan tak terduga.
Tak lama ketika sedang asiknya belajar, tiba-tiba di kagetkan dengan sesosok perempuan dengan rambut yang sengaja di ikat setengah. Ia berjalan dengan tergesa-gesa lalu menghampiri kami. Aku terdiam dan bingung. Iya, dia adalah kekasih Awan. Kugy.
“awan! Kamu kok tega sih ninggalin aku? Blablabla..”
Aku memilih menjauh dari mereka. Aku tidak tahu apa yang mereka ributkan. Lalu aku mengemasi peralatanku dan bergegas pulang. Aku tidak pamit ke Awan. Ku biarkan dia beradu pendapat kembali dengan kekasihnya itu.
Keesokan harinya. Awan menghampiri kelasku ketika aku sedang sibuk membaca novel dan memakai earphone. Sedang asyiknya menyanyi dan membaca, dia menyolekku.
“Ken..”
“hah? Eh, iya, Wan?” kataku yang kaget melihatnya.
“maaf ya soal tragedi kemarin. Maaf banget.” Kata Awan yang sedikit memelas.
“iya, gapapa kok. Santai aja lagi. hahaha” kataku berpura-pura tidak apa-apa.
“kapan-kapan kita latihan lagi, ya. Aku ke kelas dulu ya, Ken.”
“okedeh, bos!” kataku lalu meninju lengannya.
Tak lama kemudian dia berjalan menjauh, menuju kelasnya. Aku masih di tempatku, melihatnya sampai ia hilang dari penglihatanku. Ah, seandainya dia tahu betapa aku makin mengaguminya.

Senin, 19 November 2012

ini bukan keinginanku


PINDAH.
Sampai saat ini, kata-kata itu masih terputar di dalam kepalaku. Sejujurnya dan demi apapun, ini yang bukan saya inginkan. Ini bukan pilihanku. Sampai saat ini saya masih ingin tetap disini. Mengejar mimpiku, dan masih ingin bersama beberapa teman yang saya sayangi.
Tadi, saat istirahat saya menunaikan sholat dhuha seperti biasa. Feel di saat sholat beberapa hari ini sangat berbeda. saya kebanyakan menunduk. Merasa tenang dengan menghadap kepada-Nya. Dalam sujud aku masih menyebutkan namanya, menyebutkan mimpiku, menyebutkan keinginanku untuk tetap disini.
“kamu jadi pindah ke Palu?” kataku, sehabis berdoa dan melipat mukenah.
“iya, jadi.”
“semuanya pindah, ya.”
“siapa? Temanmu?”
“iya, sahabat, teman bahkan saya sendiri nanti.”
“kembali ke Jawa?”
“ya, ke Malang. Ini bukan kemauanku. Saya masih tetap ingin disini. Kalau tahun depan liat nanti, apa saya berani berontak untuk tetap disini atau enggak.”
Percakapan singkatku dengan teman sekelas yang menemaniku sholat. Ya, saat itu saya seperti ingin teriak, saya ingin menangis secara keras. Tapi, yasudahlah. Saya kembali menuju kelas.
Saya sadar, tidak selamanya saya akan tetap tinggal disini. Rumahku ya di Malang. Saya disini hanya sementara, karena kewajiban seorang TNI berpindah-pindah tugas. Rencananya dulu, papah pensiun, kita kembali. Tapi sekarang, rasanya tidak ingin pindah. Bahkan saya tidak tahu kapan tepatnya papah pensiun. Apa tahun depan? Saya harap tidak.
Sempat bercerita sama mamah, ingin kuliah disini, karena sudah malas untuk bersosialisasi. Saya ingin mengejar mimpiku bersama teman-temanku. Saya sudah terlalu cinta dengan kota ini. Disini, selama 7 tahun telah memberi banyak kenangan. Benar-benar mulai dari 0 dan terkesan mandiri atau lebih mengarah hidup sendiri.
Sampai saat ini, saya masih dibisikkan kata PINDAH itu. Terutama kakak. Demi apapun, saya selalu langsung terdiam kalau dia berbicara seperti mengarah atau memaksaku secara halus untuk PINDAH. Demi apapun, saya tidak mau.
Waktu itu dia berkata entah apa saya lupa, terakhir saya ingat dia bilang ingin membantu mamah membayar kuliahku nanti.. di Unibraw. Ya, Universitas Brawijaya Malang. Itu adalah universitas impianku sejak kecil. kata mamah, disana tempat orang-orang pintar, jenius, kreatif dan sebagainya. Suatu kebanggan jika saya masuk disana.
Sampai saat ini saya masih beharap dan berdoa bagaimana caranya tetap tinggal. Bagaimana caranya saya menolak. Saya ingin mempunyai pilihan sendiri. Saya tidak ingin dipilihkan lagi. Harus berapa kali saya mengatakan kalau dipilihkan bukan jalan yang terbaik. Saya sudah merasakan. Selama 3 tahun ini atau mungkin selama ini dipilihkan. Hidup saya terasa biasa saja, bahagia? Apa itu bahagia? Bahagiaku hanya dalam novel dan tulisanku. Sebebasnya menuliskan hidupku dan merubahnya di dalam tulisanku.
-
Mencintai tak pernah salah itu adalah anggapan bodoh. saya mungkin belum mengenalnya sepenuhnya. Tapi, saya yakin dia bisa membuatku bahagia. Dengan mimpi ini. Mimpi kita. Salah satu alasan tetap disini adalah dia. Dia teman pengejar mimpi.
Saya tahu dia mencoba menahanku untuk tetap disini, tetap mencintainya, tapi itu tidak akan berlangsung selamanya. Setiap manusia mempunyai titik lelah dan kesabaran. Bersyukur saya tetap disini dan menyayangimu. Toh akhirnya saya juga yang diacuhkan. Haha bodohnya saya.
Saya memang tidak tahu bahagia ada dimana. Sepertinya ada di dia. Saya Cuma berharap, kalau dia masih tidak tahu apa yang dia rasakan, tolong lepaskan saya. Buat saya bebas, sementara. Lalu kembali dengan rautan bahagia. Dan kembali bersemangat mengejar mimpi dengannya.
Satu deh, apa gunanya saya tetap disini? Sedangkan bertemu saja malas, menemani malas, sering tidak memperdulikan, mengacuhkan, tidak pernah membuatku tertawa seperti mantan-mantan dan orang terdekatku? Apa itu namanya egois?
Ya, tunggu saya mencari bahagia dulu dan kembali menemanimu, kalau kamu tidak ingin saya temani. Supaya rasa ini hilang dan sebelum membuat situasi kacau. Sekarang, saya menuju titik lelah, dan kata PINDAH masih dalam otak mencari jawaban.. iya atau tidak.

Minggu, 18 November 2012

kembalinya masa 2 tahun yang lalu


Masa lalu.
Sampai sekarang masa lalu masih sering terputar di kepala. Entahlah apa maksud Tuhan lagi kali ini. Demi Tuhan, saya tidak menginginkan ini. Rasanya, terlalu menyedihkan. Menyedihkan karena tahu tidak akan terulang kembali.
Saat ini, saya mendengarkan sebuah lagu dari Abdul berjudul Bahagia. Dan selama beberapa hari ini, lagu ini menemaniku. Dengan ini, bayangan masa lalu muncul. Dan dengan ini saya menyatakan bahwa.. saya jatuh cinta kembali dengannya, mantan 2 tahun terakhir ini.
Sering saya membaca quote, dibalik tangis seorang perempuan disana ada sesosok pria yang menghapus air matanya, yang membuatnya tertawa.
Itu benar adanya.
Malam itu, dia datang. Saya tidak mempunyai nama khusus untuknya, tapi dia sangat berarti. Cukup 2 bulan menjalin hubungan jarak jauh. Selama sebulan putus, 2-3 hari kembali dan putus hingga sekarang. Sebuah cerita yang sangat memalukan diingat. Saya adalah orang ketiga atasnya dengan pacarnya dahulu. Dia putus, kita langsung jadian. Kita putus juga karena perempuan lain, tapi setelah itu dia tidak berpacaran dengan perempuan itu.
Malam itu dia membuatku tertawa sampai lupa waktu. Dia bercerita panjang lebar, melawak, dan sebagainya. Satu lagi, dia absurd. Sangat absurd dariku. Malam itu dia bercerita tapi tidak berani menatapku, sama halnya dengan saya. Iya, dia menatapku ketika saya sedang bercerita, tapi saya menatap arah lain. Sempat melihat tatapannya yang mencerminkan sebuah tanda tanya. Entahlah, tatapannya terlalu dalam.
Dia tumbuh semakin tinggi dan besar. Pipinya terlihat agak tembem ditambah lesung pipinya yang menawan. Dia bercerita ketika masih di Surabaya dan menjadi jurnalistik. Dia pernah di pukul polisi, dan ia mempraktekkannya didepanku, memegang pipinya yang bekas dipukul dan sok mengeluh minta perhatian. Saya hanya tertawa kecil dan mengulurkan tangan secara jauh dan berkata kasian dengan gaya seperti ibu kepada anak balitanya.
Dia juga sempat mengulurkan tangannya, dan mengatakan jika ia ingin mengajakku ke KUA. Saya tahu itu hanya bercanda. Selanjutnya ia mengatakan sudah mengantuk ingin tidur, dan ia menganggap kalau rumahku adalah rumahnya.
Dia datang disaat yang tepat. Tuhan. Kita bercerita tentang mantanku yang juga sahabatnya. Ia tahu kalau saya masih menyayangi si mantan itu. Kita panjang lebar menceritakannya. Haha dia tidak tahu bahwa saya mulai mencintainya kembali.
Keesokan harinya kita sudah berjanji untuk kembali bertemu di rumahku. Ia tak kunjung datang sampai pukul 8 malam, dan saya kembali memainkan laptop. Tapi ternyata tidak, papah dan mamah teriak memanggilku ternyata dia sudah didepan pintu menyambutku sambil tersenyum lebar. Saya memberinya ticket stand up nite 3 yang kita hadiri keesokan harinya. Dia duduk dan bercerita bahwa ia hampir lupa kerumah. Dia melebarkan tangannya, kali ini ia berkata kalau ia habis mengecat dan tangannya terkena minyak. Sekitar 15 menit dia bercerita, dan saya mengingatkannya kalau ia harus pulang karena takutnya ia dicari dengan keluarganya dan harus kembali mengecat. Dan ia pamit pulang.
Malam ini kita nonton stand up nite 3 di hotel sahid. Saya, kakak dan dia. Dia berangkat sendiri sedangkan saya dengan kakak. Saya simpankan tempat duduk untuknya, dia di samping kanan, di bangku kanan. Dia datang dan bercerita kalau ia sedang kesal dengan pacarnya. Saya hanya berusaha terlihat tidak apa-apa.
Selama menonton dia sibuk membalas bbm. Lucunya, tangan kirinya terbuka lebar ditaruh dipahanya, dan tangan kananku dipahaku. Hampir sejajar tapi tidak saling menggenggam. Malam itu dia tidak menggenggamku.
Selesai acara ada sesi photo bareng. Dia masih duduk dengan lemas mungkin karena ngantuk. Saya berdiri dan menariknya untuk ikut photo bareng, saya ada di belakangnya mendorongnya ke depan.
“sekali-sekali meng-alay tidak apa-apa kan? Yuk!” kataku sambil mendorongnya.
 Tapi malam itu kita tidak dapat photo bareng.
Saat itu saya ingin di photo bareng Kemal Palevi, dia tahu saya menyukai Kemal. Dia dibelakang dan saya menarik tangan kanannya. Halus dan besar, saya menariknya sampai ia bilang “gandeng teruuus”. Saya membalasnya dan bilang, “supaya tidak hilangko”. Saat itu saya merasa agak aneh kembali menggandeng tangannya.
“kamu capek? Mau pulang?” tanyaku melihatnya sedang lemas.
“iya, pulang yuk.” Lalu kita pulang. Tapi dia tiba-tiba menghilang, tidak tahu kemanaa. Kakak pikir dia sudah pulang. Saya memilih pulang keluar sendiri dan terkaget melihatnya dibelakang.
“loh, belum pulang? Saya kira sudah pulang. Tiba-tiba hilang. Hih!”
“belum dong.”
Kami ke parkiran dan berjalan pulang.
Dia dibelakangku. Sekitar 2-3 baris parkir dan motor melaju pelan menunggunya dibelakangku. Sampai kulihatnya, dan saya melambaikan tangan tanda perpisahan.
Saya merasa aneh. Saya kembali mencintainya. Disaat yang salah. Di saat dia sudah mempunyai kekasih, di saat saya mencoba lupa. Saya tidak ingin menjadi yang ketiga kembali.
Jika memang ditakdirkan kembali dengannya, saya ingin dia putus dengan baik dan bukan karena saya yang mungkin akan merusaknya. Dan itu akan menjadi terakhir kalinya. Berarti dia adalah jodohku. kenapa? Simpel. Cinta. Mau bagaimanapun kita putus pasti akan kembali, pasti dia akan menjalin hubungan baik denganku. Karena saya sudah merasakannya. Hanya satu yang masih kurang pas, agama. Ya, kita berbeda agama. Ya, entahlah, semoga Tuhan mendengarkan doaku. Segera ditemukan jalannya. Tuhan, saya sungguh capek bermain di teka-tekimu. Entah siapa yang menang di hati ini. Ya, siapa cepat datang, dia yang menjadi kekasihku. Simpel.
Saya rindu tertawa dengannya. Saya rindu menjadi kekasihnya. Saya bahkan bingung mencari kebahagiaan. entah dimana bahagia itu. Dimana saya yang terlihat ceria. Selama 3tahun menjadi sangat bukan diri sendiri. Masa SMA yang menyedihkan. Bukan karena dia, tapi mereka yang sering meremehkanku.
Bahagia dimanakah engkau berada
Ku hanya ingin bersamamu
Tertawa lagi seperti dulu
Bahagia dimanakah engkau berada
Biar aku jemput dirimu
disini dalam sendiriku
oh bahagia dimanakah engkau berada
ku hanya ingin bersamamu
tertawa lagi seperti dulu
bahagiaaa..
(Abdul – Bahagia)
-ken-