Senin, 12 November 2012

Pindah?


Hari ini. Hari yang saya nantika telah tiba. Hari dimana seharusnya menjadi baik, seharusnya rencana itu terwujud, tapi semuanya gagal begitu saja. Iya, saya yang membatalkannya.
Sekali lagi, GAGAL.
Mengulang lagi kata GAGAL sampai tidak ada lagi maknanya. rasanya itu seperti dibawa terbang ke angkasa bersama burung-burung, tetapi tiba-tiba sayapnya patah, dan terjatuh kembali ke bumi.
Dan sekarang sepertinya Tuhan sedang menunjukkan jalan yang benar, pilihan yang benar. PINDAH.
Entah pindah hati ataupun pindah tempat tinggal.
Sepertinya Tuhan memberikan jalanku untuk kembali ke kota kelahiranku, kota yang selama 7 tahun ku rindukan. Kota Malang, Jawa Timur.
Rasanya bahagia, sudah memiliki teman dan rencana yang sepertinya akan membawa kebahagiaan. iya, ‘teman’ memang tidak terlalu banyak disini, tapi rasanya saya bahagia bersama mereka. Mereka yang ‘benar’ teman. Di tambah lagi satu teman pengejar mimpi yang membuat dan merasakan mimpi itu dekat dan akan terwujud. Dia. Agen terbaik.
Sakit hati, ketika malam itu, hari sabtu. Sedang dalam perjalanan menuju ke salah satu tempat favoritku, toko buku, menemani sahabat selama 5-6 tahun ini mencari buku yang ingin dia beli. Raksasa Dari Jogja, oleh Dwitasari. Tiba-tiba dia mengatakan dengan lembut, “saya tahun depan mau pindah ke Jakarta. Kuliah disana.”
Rasanya? Remuk. Saya cuman diam. Lalu bilang, “kalau kamu pindah, saya gimana? Sendirian. Mungkin ya, mungkin, yang ada cuman Atika dan ‘dia’. Iya, kalau ‘dia’ masih ada buat saya, kalau enggak?” saya berkata dengan nada yang berat sambil mencoba mencerna kata ‘pindah’ yang terasa sangat sesak.
Dia berkata pindah karena demi ibunya, karena kedua kakaknya sukses di Jakarta, dan kakaknya berpikir kalau mengajak keluarganya pindah. Saat itu, ibunya sedang rawat inap di salah satu rumah sakit. Kena stroke ringan. Kedua kakaknya lalu harus kembali ke Makassar demi ibunya. Dan terburu-buru. Itu yang dipikirkannya ‘pindah’ agar tidak susah.
Bahkan saat saya menulis ini saya menangis. Terlalu berlebihan, kan? Dadaku sesak. Nahan sakit dan sakit. Tapi saya berharap dia dan mereka yang selalu melihat saya selalu ceria, tidak tahu rasa sakit saya tentang apapun.
Ngomongin soal ‘dia’ yang menemaniku saat ini juga membawaku berpikir; saya sebenarnya sedang menuju kembali ke kesendirian. Hari ini adalah hari dia, dan saya mempunyai banyak harapan dan rencana yang sudah dipersiapkan. Tapi.. yasudahlah, semuanya tak berarti.
Hanya mengatakan kalimat yang seharusnya. dia membalasnya dengan singkat, walaupun kali ini menggunakan emot, tapi saya tahu. Tak perlu kuliah di psikologi ataupun jadi psikolog, saya mengerti dari caranya. Tak usahlah disebutkan.
Dia yang ditunggu selama beberapa jam baru saja muncul dan membalas dengan seperti itu. Well, he dont know what i feel.
Bahkan berharap dia yang akan membuat saya bahagia di harinya malah menjadi penghancur yang hebat. Dia agak berubah. Malas dan berhenti menjadi Agen, mungkin?
Ah, kali ini saya memejamkan mata, alunan lagu Adelaide Sky – Adhitya Sofyan masih mengalun pelan. Diam.. diam.. dan kembali terkaget. Iya, bayangan itu muncul lagi, Agen. Bisa tidak kamu berhenti mengingatkan kejadian yang tak ingin kamu bahas lagi di dalam otakku? Tersiksa!
Lucu bukan, sedari pagi sampai malam menunggu ‘dia’ ada malah saya ditemani dengan kedua mantan yang masih baik. Salah satunya mantan yang terlalu membekas sampai saat ini. Well, I called him ‘Muthz’. And me? I’m Nikii.
Muthz menjadi moodbooster hari ini, dia membuatku tertawa hanya dengan mengirim mention “hha, miss me?” “tuhkan lagi kangen :p” “udah  ngga papa, kalo kangen bilang aja lagi :p”.
Ya, saya salah tingkah. Saya sejujurnya memang kangen sama kamu, Muthz. Tapi saya tahu diri. Lucu juga, saya rindu kita di kala hujan di bulan desember 3 tahun yang lalu. Bulan depan desember, saya akan rindu. 16 desember dan sempatkan kamu untuk mengenangnya, bersamaku. Dan semoga natalmu indah di tahun ini, tanpaku. Haha kamu rindu aku? Kamu rindu aku yang mengganggumu bermain game pas natalmu? Haha sudah-sudah, berhenti menertawai kenangan.
Muthz datang di saat yang tepat, di saat orang yang sedang ditunggu tak kunjung datang, lalu sekalinya datang dan merusak mood saya. Terimakasih, Muthz. Nikii sedikit bisa tersenyum. dan ini senyuman untukmu. Muthz. :)
Sendiri? Masih merasa sendiri. Sepertinya akan terus kembali berjalan, menanti cerita baru, orang baru, dan lebih baik lagi. Dan dia yang sekarang sedang bergeser menjadi menyebalkan, sangat menyebalkan, saya berharap banyak padamu. I feel so close to you. You’re the only i have. You changed everything. Like.. our dream can actually came true. Oh, how lucky if i have you.
Disini, kembali dengan kesendirian, menulis di laptop dan lagu yang terputar kali ini adalah I feel so close – Calvin Harris.
Jadi, sekarang saya harus melakukan apa? Berharap Tuhan memberikan jalannya. Berharap semuanya dipermudah. Capek. Sangat capek. Saya ingin merasakan bahagia dan tanpa ada setres terpikirkan di kepala.
Ataukah haruskah memilih jalan itu, PINDAH? Menghilang selamanya dari kota ini dan dia dan yang lainnya? Mungkin. Suatu saat mengambil keputusan itu hanya karena dia. Satu-satunya orang.
Selamat berbahagia, kamu. Iya, kamu yang tidak tahu apa-apa lagi tentangku. Semoga impianmu terwujud, saya sudah menyerah dan berhenti di kamu. Impianku pasti terwujud, walaupun tanpa kamu, mungkin.
Agen, dengan ini, saya berjanji berhenti untuk peduli, berhenti memberikannya kepadamu. Berhenti untuk melakukan keseharian kita. Entah akan berubah atau tidak. Itu tergantung kamu.
Agen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar