Hari ini. Hari yang saya nantika telah tiba. Hari dimana
seharusnya menjadi baik, seharusnya rencana itu terwujud, tapi semuanya gagal
begitu saja. Iya, saya yang membatalkannya.
Sekali lagi, GAGAL.
Mengulang lagi kata GAGAL sampai tidak ada lagi maknanya.
rasanya itu seperti dibawa terbang ke angkasa bersama burung-burung, tetapi
tiba-tiba sayapnya patah, dan terjatuh kembali ke bumi.
Dan sekarang sepertinya Tuhan sedang menunjukkan jalan yang
benar, pilihan yang benar. PINDAH.
Entah pindah hati ataupun pindah tempat tinggal.
Sepertinya Tuhan memberikan jalanku untuk kembali ke kota
kelahiranku, kota yang selama 7 tahun ku rindukan. Kota Malang, Jawa Timur.
Rasanya bahagia, sudah memiliki teman dan rencana yang
sepertinya akan membawa kebahagiaan. iya, ‘teman’ memang tidak terlalu banyak
disini, tapi rasanya saya bahagia bersama mereka. Mereka yang ‘benar’ teman. Di
tambah lagi satu teman pengejar mimpi yang membuat dan merasakan mimpi itu
dekat dan akan terwujud. Dia. Agen terbaik.
Sakit hati, ketika malam itu, hari sabtu. Sedang dalam
perjalanan menuju ke salah satu tempat favoritku, toko buku, menemani sahabat
selama 5-6 tahun ini mencari buku yang ingin dia beli. Raksasa Dari Jogja, oleh
Dwitasari. Tiba-tiba dia mengatakan dengan lembut, “saya tahun depan mau pindah
ke Jakarta. Kuliah disana.”
Rasanya? Remuk. Saya cuman diam. Lalu bilang, “kalau kamu
pindah, saya gimana? Sendirian. Mungkin ya, mungkin, yang ada cuman Atika dan
‘dia’. Iya, kalau ‘dia’ masih ada buat saya, kalau enggak?” saya berkata dengan
nada yang berat sambil mencoba mencerna kata ‘pindah’ yang terasa sangat sesak.
Dia berkata pindah karena demi ibunya, karena kedua kakaknya
sukses di Jakarta, dan kakaknya berpikir kalau mengajak keluarganya pindah.
Saat itu, ibunya sedang rawat inap di salah satu rumah sakit. Kena stroke
ringan. Kedua kakaknya lalu harus kembali ke Makassar demi ibunya. Dan
terburu-buru. Itu yang dipikirkannya ‘pindah’ agar tidak susah.
Bahkan saat saya menulis ini saya menangis. Terlalu
berlebihan, kan? Dadaku sesak. Nahan sakit dan sakit. Tapi saya berharap dia
dan mereka yang selalu melihat saya selalu ceria, tidak tahu rasa sakit saya
tentang apapun.
Ngomongin soal ‘dia’ yang menemaniku saat ini juga membawaku
berpikir; saya sebenarnya sedang menuju kembali ke kesendirian. Hari ini adalah
hari dia, dan saya mempunyai banyak harapan dan rencana yang sudah
dipersiapkan. Tapi.. yasudahlah, semuanya tak berarti.
Hanya mengatakan kalimat yang seharusnya. dia membalasnya
dengan singkat, walaupun kali ini menggunakan emot, tapi saya tahu. Tak perlu
kuliah di psikologi ataupun jadi psikolog, saya mengerti dari caranya. Tak
usahlah disebutkan.
Dia yang ditunggu selama beberapa jam baru saja muncul dan
membalas dengan seperti itu. Well, he dont know what i feel.
Bahkan berharap dia yang akan membuat saya bahagia di
harinya malah menjadi penghancur yang hebat. Dia agak berubah. Malas dan
berhenti menjadi Agen, mungkin?
Ah, kali ini saya memejamkan mata, alunan lagu Adelaide Sky
– Adhitya Sofyan masih mengalun pelan. Diam.. diam.. dan kembali terkaget. Iya,
bayangan itu muncul lagi, Agen. Bisa tidak kamu berhenti mengingatkan kejadian
yang tak ingin kamu bahas lagi di dalam otakku? Tersiksa!
Lucu bukan, sedari pagi sampai malam menunggu ‘dia’ ada
malah saya ditemani dengan kedua mantan yang masih baik. Salah satunya mantan
yang terlalu membekas sampai saat ini. Well, I called him ‘Muthz’. And me? I’m
Nikii.
Muthz menjadi moodbooster hari ini, dia membuatku tertawa
hanya dengan mengirim mention “hha, miss me?” “tuhkan lagi kangen :p”
“udah ngga papa, kalo kangen bilang aja
lagi :p”.
Ya, saya salah tingkah. Saya sejujurnya memang kangen sama
kamu, Muthz. Tapi saya tahu diri. Lucu juga, saya rindu kita di kala hujan di
bulan desember 3 tahun yang lalu. Bulan depan desember, saya akan rindu. 16
desember dan sempatkan kamu untuk mengenangnya, bersamaku. Dan semoga natalmu
indah di tahun ini, tanpaku. Haha kamu rindu aku? Kamu rindu aku yang
mengganggumu bermain game pas natalmu? Haha sudah-sudah, berhenti menertawai
kenangan.
Muthz datang di saat yang tepat, di saat orang yang sedang
ditunggu tak kunjung datang, lalu sekalinya datang dan merusak mood saya.
Terimakasih, Muthz. Nikii sedikit bisa tersenyum. dan ini senyuman untukmu.
Muthz. :)
Sendiri? Masih merasa sendiri. Sepertinya akan terus kembali
berjalan, menanti cerita baru, orang baru, dan lebih baik lagi. Dan dia yang
sekarang sedang bergeser menjadi menyebalkan, sangat menyebalkan, saya berharap
banyak padamu. I feel so close to you. You’re the only i have. You changed
everything. Like.. our dream can actually came true. Oh, how lucky if i have
you.
Disini, kembali dengan kesendirian, menulis di laptop dan
lagu yang terputar kali ini adalah I feel so close – Calvin Harris.
Jadi, sekarang saya harus melakukan apa? Berharap Tuhan
memberikan jalannya. Berharap semuanya dipermudah. Capek. Sangat capek. Saya
ingin merasakan bahagia dan tanpa ada setres terpikirkan di kepala.
Ataukah haruskah memilih jalan itu, PINDAH? Menghilang
selamanya dari kota ini dan dia dan yang lainnya? Mungkin. Suatu saat mengambil
keputusan itu hanya karena dia. Satu-satunya orang.
Selamat berbahagia, kamu. Iya, kamu yang tidak tahu apa-apa
lagi tentangku. Semoga impianmu terwujud, saya sudah menyerah dan berhenti di
kamu. Impianku pasti terwujud, walaupun tanpa kamu, mungkin.
Agen, dengan ini, saya berjanji berhenti untuk peduli,
berhenti memberikannya kepadamu. Berhenti untuk melakukan keseharian kita.
Entah akan berubah atau tidak. Itu tergantung kamu.
Agen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar