Sabtu, 12 Januari 2013

hujan, pelangi, kita


Hujan, tanah basah dan kamu yang berada disampingku menikmati hujan.
Ah, aku tak menyangka hal ini ada dalam hidupku. Terlalu lama hidup di bayangan masa lalu yang merenggut semua harapanku, merenggut waktuku yang seharusnya lebih berguna.
Tidak. Aku tidak lagi hidup dibayangan masa lalu. Aku sudah menemukan kembali tujuan hidupku, mungkin jika Tuhan menghendaki, dia lah masa depanku.
Kami berdua dan beberapa orang sedang berteduh di depan ruko entah milik siapa. Hujan kali ini menyapa kita. Selamat datang hujan, terimakasih atasnya. Kataku sambil melihatnya yang sedang memperhatikan hujan.
“ini hanya hujan lewat.” Dia akhirnya membuka percakapan. Dia membuyarkan lamunanku.
“iya, ini hujan lewat, mungkin?” kataku.
Hujan masih menyapa diluar dan kami masih berada disini.
“tuh pelangi.” Katanya sambil melihat pelangi yang berada di tatapan mata kita secara sempurna.
“iya, pelangi. Kata teman, pelangi tidak boleh di tunjuk ya?”
“ah, itu hanya mitos.” Dia tersenyum melihat pelangi. Tidak sadar, kami melahap habis pelangi yang terpampang indah di hadapan kita bersama-sama.
Dia kembali menatapku, melihatku yang tersenyum melihat keajaiban Tuhan. Dia lalu tertawa kecil. mungkin aneh baginya atau aku yang terlihat aneh dan absurd?
Hujan agak mereda, kali ini hanya gerimis yang menyapa kita. Akhirnya kita memutuskan untuk melanjutkan perjalanan pulang. Motor melaju perlahan dan gerimis ikut menemani kita. Lucu, aku sangat menyukai moment ini.
“aku suka hujan. Biasanya jadi inspirasi nulis.”
Dia mengacungkan jempol tangan kirinya dan tersenyum.
“kakak nggak suka hujan ya?”
“suka. Apalagi kalau dirumah sendirian. Wih, asyik.” Katanya lalu tertawa kecil.
“aku malah takut kalau hujan dan sendirian dirumah. Serem apalagi kalau malam. Pelangi juga. Aku suka hujan dan pelangi.”
“unyu gitu ya?” dia tertawa dan aku pun ikut tertawa. Ingin aku memeluknya tapi saat itu dia bukan milikku.
Keesokan harinya dia kembali kerumah. Menemaniku, dan status aku dan dia berubah menjadi “kita”. Dia sudah bertemu mamah dan 2 orang sahabatku. Dan dia bertahan hingga larut malam. Tak ku sangka hujan menyapa kita lagi. Dia terlihat bahagia. “yes! Hujan! Nggak jadi pulang. Yes! Menginap di rumah pacar!” dia membuatku tertawa lagi.
Hujan masih menyapa dan kami duduk di teras rumah. Kaki aku turunkan ke tanah basah dan dia ikut menurunkan, dan mengepak-ngepakkan kaki di tanah basah bersamaan. Hari ini aku dan dia kembali bersama hujan, dan tertawaan kita yang tidak ada habisnya. Terimakasih Tuhan engkau telah mempertemukan aku dengannya.
Aku ingat di saat malam minggu aku pernah berkata padanya, “Tuhan itu lucu. Kita satu sekolah dulu selama 2 tahun, tapi baru dipertemukan sekarang.” Aku tersenyum.
Dia mengerutkan kening.
“kakak mengerti arti dari Tuhan itu lucu? Tidak? Makanya jadi penulis! Hahaha.”
“apa harus jadi penulis dulu untuk mengerti Tuhan lucu?” katanya sambil tersenyum tipis.
Ya, dia memang mendukungku untuk menjadi penulis. Walaupun dia tak suka menulis, tapi dia tetap mendukungku untuk menulis.
“ceweknya seorang penulis, dan cowoknya fotografer.” Katanya sambil menatapku. Aku ikut tersenyum lalu berkata, “amien. Makanya cepat selesein kuliah, dapat kerja dan ya, kita akan menjadi selamanya.” Dia tersenyum tipis.
Semoga kisah kita tak cepat selesai, semoga kita langgeng sampai nanti saatnya kita bisa mengucapkan janji sehidup semati. Dia yang berharap aku untuk yang terakhir baginya. Dia serius denganku. Ya, aku akan mencoba menjaganya dan menjadikannya terakhir. Amien.
Terimakasih telah hadir di hidupku, semoga kamu dan aku akan tetap menjadi kita selamanya. Amien.
Well, i love you Mohammad Irfan Luthfi. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar