Hai kamu.
Aku tahu apa yang kamu rasakan. Menjalin hubungan denganku
memang tak terlalu istimewa.
Istimewa yang hanya sesaat. Sesaat ketika akhirnya cintamu
terbalaskan olehku, kamu merasa sebuah keistimewaan. Mungkin.
Aku memang berbeda. Aku memang tak sama. Aku memang tak
seperti keinginanmu. Tapi, aku tahu kamu membutuhkanku. Menyempurnakan
hari-harimu.
Hai kamu.
Kamu merasa dirimu sama dengan yang lain? Iya, tak ku
pungkiri.
Di hadapan mereka aku terkadang terlihat apa adanya, dan di
hadapanmu aku juga terlihat apa adanya.
Di hadapan mereka aku terkadang berpura-pura, tapi tidak di
hadapanmu.
Di hadapan mereka aku terlihat tegar, tapi tidak di
hadapanmu.
Di hadapan mereka aku terlihat seperti orang bodoh, membuat
mereka tertawa dengan lelucon yang aku coba buat, agar tak garing. Tapi tidak
di hadapanmu.
Aku serius dan apa adanya dihadapanmu. Terkadang mungkin
kamu tertawa melihatku yang juga melakukan hal bodoh, tetapi ingatlah, apa yang
aku lakukan padamu adalah apa adanya.
Hai kamu.
Hubungan bukanlah sebuah permainan. Kalau saja hubungan
adalah sebuah permainan, aku masih sama, serius. Aku serius dalam hubungan
kita. Bukankah itu kemauanmu? Bukankah itu sebuah harapanmu di masa depan?
Denganku.
Aku tak memiliki apa yang sangat kamu inginkan. Kesempurnaan.
Aku tak sempurna. Kamu tak sempurna. Manusia tak ada yang sempurna.
Maka dari itu, aku dan kamu (seharusnya masih) bersama. Aku
mencoba menyempurnakan kehidupanmu, dan kamu juga.
Dan oleh sebab itu, aku masih mencoba. Mencoba. Mencoba.
ataukah kamu hanya penyempurna sementara?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar