Aku takut untuk jatuh cinta lagi di saat aku
memperjuangkanmu. Tak maukah kau untuk memperjuangkanku lebih serius lagi?
Tahukah kau suatu hari nanti jika tak ada kau lagi, dia bisa mengambil alih
posisimu? Iya, di hatiku.
Aku mencintaimu seperti aku kembali mencintai hujan. lama
tak kudengar kabarnya, lalu ia kembali membasahi seluruh jalanan yang kulewati.
Aku kembali menemukan cinta saat hujan kembali menyapaku.
Aku selalu mencintai hujan, layaknya aku mencintai seseorang yang ada di hatiku
saat itu. Kau.
Namun hujan lebih gagah daripada dirimu. Ia selalu punya
cara untuk menahanku tak pergi atau beranjak dari kasur. Tentu saja untuk
mencarimu dan memandang wajah sayumu.
Tak sadarkah kau jikalau aku tak berani menatapmu? Selalu
kualihkan pandangan dan wajahku saat kau berbalik menatapku? Aku takut. Aku
taku jatuh lebih dalam ke matamu. Aku takut tatapanmu yang tak pernah
kutafsirkan apa artinya.
Sampai suatu hari temanku bercerita, ia melihat matamu yang
merah. Kau menemuinya. Kau bertanya dengan suara yang lantang, “apa saja yang
kau ceritakan pada Ken? Sehingga ia menghindariku? Aku tak suka caramu. Jangan
kau bercerita sembarang!”
Lalu temanku tersadar, itu hanya mimpi.
Tahukah kau mengapa aku seperti menghindar? Tentu saja
dengan perlakuanmu yang tak jelas. Suatu hari kau bilang sayang padaku, suatu
hari bahkan berhari-hari kau menghilang. Lalu kau muncul lagi dengan membawa
harapanmu, katamu, kau ingin diperhatikan. Katamu, aku tak pernah peka. Kataku,
kau terlalu banyak menghilang, tak ada sapaan setiap harinya. Sekedar say hello
pun tak ada. Lalu aku harus mempehatikanmu? Bagaimana caranya? Aku tak pernah
mengerti maumu.
Atau kepalamu pernah menabrak aspal jalanan sehingga kau tak
pernah jelas seperti ini?
Tahukah kau mengapa kumenulis ini?
Sesederhana, aku selalu peka, dan kau tak pernah peka.
Silahkan kau nikmati tulisan ini, lalu carilah aku, tagihlah aku untuk
menjelaskan semuanya.
Aku berjanji aku menjelaskan semuanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar