Senin, 29 Oktober 2012

Selamat Hari Blogger!


Selamat Hari Blogger Nasional!
Telat, Ken. Iya, tahu kok. Huehehe.
Iya, tepat 2 hari yang lalu ini 27 Oktober 2012, adalah hari blogger nasional. Well, karena saya juga baru-baru ini menjadi blogger dan masih belajar, saya merasa senang dan mengucapkan Selamat Hari Blogger Nasional.
Inget pertama kali nge-blog itu kenapa, inspirasinya apa, sampai punya cita-cita pengen jadi penulis. Entah itu bulan ke berapa.
Jadi, awal nulis blog itu karena bang Raditya Dika dan bang Benakribo. Suka sekali membaca blog mereka dan sepertinya seru kalau bisa nulis. Alasan lain karena ingin curhat securhat curhatnya. Ya, di dunia nyata tidak selalu menuntut cerita didengarkan sepenuhnya. Unek-unek dikepala yang penuh dan bikin setres sendiri, akhirnya dituangin di blog sederhana ini.
Sekarang tulisan-tulisan di blog ini semakin berkembang. Walaupun masih sama, sama-sama menceritakan kegalauan. Cuman sekarang lebih belajar nulis yang baik, bahasa yang enak dan mudah dipahami dan ga terkesan kolot.
Dulu kepengin nulis lucu-lucuan, kayak bang Raditya Dika dan bang Benakribo tapi selalu gagal. Well, duniaku itu dunia penuh ke absurd-tan. Tapi susah untuk diceritakan, dituliskan. Entah kenapa. Padahal banyak hal absurd yang saya lewati, hal-hal gila yang saya kewati, teman-teman, keluarga, bahkan saya sendiri memang absurd. Enggak usah jaimlah, saya emang orangnya agak absurd. Karena bagi saya, melihat orang tersenyum dan tertawa itu sudah cukup membuatku ikut tersenyum bahagia. Suka melihat orang ketawa bersama kita. Simple-nya gini deh, hidup jangan terlalu dibawa serius, dibawa nyantai aja. Mencoba nikmatin hidup yang tidak setiap saat menyenangkan. Meskipun enggak semuanya berbalik, membuat kita tertawa. Well, ini hidup dan harus kita lewati.
Sekarang fokus sama sekolah dan menulis. Semoga blog ini tetap berjalan, berkembang dan makin menarik untuk dikunjungi. Ya, doakan saja. Namanya juga masih awam, masih mencoba, masih belajar. Dan doakan saya untuk masuk di buku bang Bena nanti! Awal cita-cita yang tak mudah menjadi penulis. Oke, Selamat Hari Blogger Nasional bagi para blogger Indonesia. Keep writing, guys!
-Ken-

senyuman manis itu.


Hari ini ditengah keramaian aku duduk terdiam.
Mencoba menciptakan suatu kedamaian.
Ku nyalakan earphone, ku menutup mata dan terdiam dalam keramaian.
Ku menemukan sosoknya.
Dia yang begitu gagahnya, senyuman manisnya yang terlihat.
Dia yang terlihat begitu damai.
Jarangku melihat ia tersenyum sebebas itu.
Dia yang begitu pendiam, dia yang selalu memunculkan senyuman manis itu.
Dia yang kini kurindukan.
Kini kumenuruni tangga, setapak demi setapak.
Mataku terpejam, diam tetap kurasa.
Yang aku rasa kini, kehidupanku seperti anak tangga.
Aku harus menaiki/menuruni anak tangga kehidupan.
Kehidupan harus tetap berlanjut..
Setapak demi setapak menjalani hidup.
Dan kini..
Senyuman itu masih terlihat jelas,
 dan kini aku ikut tersenyum bersama bayangan itu.
Bersamamu, senyumanmu, senyuman kita.

-Ken-

Kamis, 18 Oktober 2012

hari itu, 13 october 2012


Okay.
Hari ini ngerasa banget kalau banyak perubahan terjadi pada diri saya. Entah apa saja. Tapi terasa banget feel-nya.
Hari ini bbku tiba-tiba berlayar putih. Saking takutnya, langsung lepas baterai dan charge. Langsung berharap, was-was ngeliatin hape yang lagi ngerestart. Sepertinya bb ini minta di ganti. Casing belakangnya udah ga rapet, tapi kata kakak baterai aman dan ga gendut. Tenang.
Setelah memastikan bb udah baik, langsung kembali ke kamar dan bicara dengan kakak yang lagi asik nonton madagascar di kamarku. Pembicaraan yang mulai serius: saya ingin kerja sampingan. Apapun itu. Entah spg atau apa. Pengennya tahun depan setelah jadi mahasiswa. Jadi sambil kuliah juga kerja. Ya mungkin gajinya ga seberapa, tapi yang penting ada buat tambah-tambah uang jajan. Karena, well, saya ingin membeli ini itu, dan tidak bisa terlalu berharap dengan orang tua. Okay, ortu sebetulnya mampulah bayarin saya ini itu, tapi sebagai anak berusia 17tahun saya baru berpikir; kasian juga ya ortu udah bayarin apapun dari kecil, sekolah. Terus mau bayarin kemauan saya yang masih tergolong remaja labil? Okay, saya memang remaja labil. Ingin beli baju, tas dan perlengkapan remaja untuk menunjang kecantikan dan ingin di bilang modis. Dan saya rasa saya tidak bisa membeli itu semua pake uang ortu. Sudah terlalu banyak beban mereka, ditambah saya yang agak keras kepala dan sering membuat mereka jengkel.
Berlanjut ke masalah lain.
Salah satu teman atau mungkin mantan teman yang dulu saya ceritakan sampai menangis mengupdate status di twitter. Entah saya geer atau tidak, saya hanya merasa itu mungkin buat saya. Dia berkata kalau ilfeel. Okay, dulu dia pernah bilang ilfeel dengan saya. Saya mah sebodo sekarang.
Satu pengakuan: SAYA SUDAH TIDAK MEMPUNYAI RASA APA-APA SAMA ANDA DAN TOLONG BERHENTI MENEKAN SAYA DAN GEER SAMA SAYA LAGI.
Saya kecewa karena teman saya sudah berubah. Sekali. Entah “jiwa” apa yang merasukinya. Saya tau salah satu penyebabnya, tapi tidak etis saya bicarakan disini. Saya juga mulai merasa semenjak kita sudah tidak berteman dia sangat “melenceng”. Bahkan salah satunya, keyakinannya mulai salah-salah; shalat dhuha lebih wajib daripada sholat 5 waktu. Crazy rite? Tapi, sudahlah membahasnya, kapan-kapan kalau saya punya unek-unek soal anak ini saya akan bercerita.

Saya benar-benar bersyukur sama Tuhan.
Bagaimana kita tahu jika kita sudah dipersiapkan seseorang yang memang lebih baik?
Memang dia tidak sempurna, dia tidak terlalu baik juga. Kita sudah pernah, well, kissing dan belum berpacaran. Tapi dia benar-benar merubah saya. Tuhan, saya begitu bersyukur dengan adanya. Tidak pernah saya merasa bebas seperti ini. Bebas melakukan apa yang dianggap impian.
Mempunyai kesamaan, sama-sama menyukai bidang menulis. Dan bercita-cita menjadi penulis. Menyukai novel. Mungkin ada juga seperti dia diluar sana, tapi saya merasa sangat dekat dengannya dan impian saya.
Setiap hari saling menghubungi satu sama lain, walaupun hanya bertanya soal tulisan tanpa pernah bertanya soal “kita”. Dia terlalu terobsesi dengan impiannya itu. Kadang saya yang memberi dia semangat, kadang juga dia yang memberiku semangat. Tapi, bagaimanapun perhatianku lebih besar daripada dia. Iya, itu benar.
Saya ingin menetap disini dan tidak ingin pindah lagi. Saya terlalu cinta dengan Makassar, teman-teman, cita-cita, dan dia. Saya merasa nyaman tinggal disini dan saya yakin cita-cita kami terwujud. Saya berharap tidak ada kata pindah. Yang hanya saya takutkan adalah kepindahan. Saya ingin tetap disini, ingin bersamanya. Tapi saya tidak bisa berkata ini dengan keluarga. Saya juga ingin mengejar cita-cita saya disini.
Mbak, kalau baca tulisan saya ini, saya berharap mbak bisa mengerti dan tidak bersifat egois. Saya ingin mengejar cita-cita saya yang sudah semakin dekat. Penulis. Saya sudah mempunyai teman hidup yang akan sama-sama bekerja sama untuk mengejar cita-cita kami. Doakan kami berdua, mbak. Maafkan jika saya bisa berpikir seperti ini. Apa rasanya jika saya memilih yang bukan saya inginkan? Hasilnya hanya akan menjadi nol. Saya memang keras kepala, tapi saya tidak ingin mengulangi kesalahan saya kembali. Dipilihkan dan dipaksa menjadi bukan saya. Saya capek. Yang terjadi apa? Saya tersiksa. Lihat kan hubungan saya dengan teman-teman dikelas? Pelajaran? Iya, saya selalu berusaha memberi yang terbaik, tapi apa daya Cuma ini yang saya dapatkan dan persembahkan buat kalian. Nicken yang pendiam dan sangat berbeda dengan dulu. Saya rindu diri saya yang dulu.
Hari ini aku juga bermimpi.
Bersama kamu, aku tidak takut lagi menjadi pemimpi.
Bersama kamu, aku ingin memberi judul bagi buku ini.
Karena hanya bersama kamu, segalanya terasa dekat, segala sesuatunya ada, segala sesuatunya benar. Dan bumi hanyalah sebutir debu di bawah telapak kaki kita.
Diatas adalah surat Kugy yang harusnya ditujukan untuk Keenan di dalam Perahu Kertas. Entah kenapa saya merasa itu menjadi milik saya untuk dia. Dengan tokoh yang dibuatnya, Langit. Dan saya memanggilnya Awan didalam cerita yang saya buat.
Terimakasih atas waktumu. Saya terlalu banyak berharap selain menjadi partner dalam meraih cita-cita ini. Partner hidupmu. Selamanya. Terimakasih Tuhan sudah menemukanku dengannya. Betapa bahagianya saya bertemu dengannya. Saya, dia dan tulisan cita-cita ini.

Senin, 01 Oktober 2012

Blog, novel dan kamu.


Lama juga juga ya tidak menulis di blog ini.
Apa kabar hari ini? Sama seperti biasanya, tidak ada perubahan. Masih jatuh cinta dengan orang yang sama.
Siapa dia? Apa kabar dia?
Dia adalah orang yang bisa dibilang porsinya pas. Kadang kita sering mengobrol walaupun Cuma sekedar bbm-an, kadang dia menghilang dalam waktu yang tidak ditentukan.
Namanya juga jatuh cinta. Sejam, bahkan sehari tidak ada kabarnya itu rasanya seperti setahun.
orang yang tau cerita ini tidak banyak.
Masih sama. Masih ada yang menggosipkan saya dengan si A atau si B. Well, saya tidak bisa mengelak. Mau mengelak bagaimana lagi? Itu hanya membuang waktu dan nafas. Kadang saya hanya tersenyum melihat mereka.
Lama tidak mengunjungi blog ini, jadi kangen.
Di blog ini, saya bisa menumpahkan segala perasaan yang susah buat di ceritakan ke orang lain.
Saya butuh pendengar. Ralat, pendengar baik dan bisa di ajak bicara dan konsultasi.
Blog ini ternengkalai karena saya sedang sibuk dengan sekolah. Masuk jam 7 pagi, pulang jam 14.30 wita. Saya juga lagi dalam proses menyelesaikan project baru. Menulis novel. Deadline-nya bulan November. Karena kalau jadi saya ingin memberikan ke first reader. Iya, buat dia.
Tapi sepertinya tidak gampang. Karena kesibukan yang lain.
Cerita di novel tidak jauh dengan cerita saya. Hanya ada beberapa fiksi sedikit. Yang tau cerita saya dan dia pasti sudah mengerti jalan ceritanya.
Saya bahagia. Karena mempunyai kesamaan dengan dia. Dia yang menurutku type yang langka. Kenapa? Well, dia adalah anak gaul. Tapi, dia juga suka menulis dan membaca novel.
Kita sering mengobrol tentang tulisan kita. Dia memberiku semangat ketika saya lagi stuck nulis, kadang gantian saya yang menyemangatinya. Dia sering stuck.
Kami juga suka denga novel dan film perahu kertas. Ini seperti mimpi. Radar neptunus itu bekerja. Apapun itu.
Hal yang tak terduga adalah ketika saya memberitahunya bahwa lagu yang mengiringi saya menulis adalah Perahu Kertas. Saya pikir dia akan tertawa atau mungkin apalah. Ternyata dia juga sama. Dia kaget, dia seperti tidak percaya. Dia menggantung pertanyaan sampai saat ini.. kata dia ada sesuatu karena kesamaan ini. Dia tidak memberi tahu apa sesuatu itu. Saya berharap lebih. Cinta.
Mungkin juga ini karena radar neptunus.
Hai, kamu yang sedang sibuk dengan duniamu.
Sekarang dia sedang sibuk dengan yang namanya tugas kuliahnya. Sama sepertiku yang sibuk dengan tugas sekolah.
Kangen, tapi tidak berani menghubungi duluan.
Hal ini banyak terjadi di kalangan secret admirer. Tangan sudah mengetik tapi untuk menekan enter atau bahkan send sangat susah. Yang di takutkan adalah respon dia. Apa hanya di read atau mungkin parahnya di end chat. Hanya Tuhan yang tahu.
Tapi bukan seharusnya cowok menghubungi kita duluan?
Saya adalah type yang pas. Kadang suka menghubungi duluan, kadang juga tidak.
Kesibukannya membatalkan project ini. Kita mau ketemuan untuk mengobrol. Mungkin hanya soal tulisan saja. Itu yang membuatku bahagia, karena saat itu dia yang mengirim pesan itu duluan.
Jujur, moodbooster saya adalah dia. Tulisan lebih lancar karena dia. Tapi, dia sibuk dengan dunianya dan tulisan saya seperti terbengkalai. Tapi saya harus melanjutkan novel ini dengan atau tanpa dia.
Kita mempunyai janji dan project yang sama selain tulisan sendiri. Jika nanti tulisan kita rampung, kita berniat menulis novel berdua. Project bersama. Semoga ini tidak hanya harapan, tapi terlaksana suatu saat nanti.
Saya ingat pesan terakhirku ke dia: “mau ga mau kamu harus pentingin pendidikan dulu. Ya, kan tulisan itu sampingan juga. Sama kayak Kugy, saya lupa dia bilang apa di novel, cuma dia pentingin pendidikannya dan pekerjaan barunya yang berbeda. Kalau engga dia mau makan apa nanti? Terus jadi penulis dongengnya dia bisa lanjutkan di hari tua.”
Dia memberiku nilai 100.
Aku memberi dia semangat untuk keduanya. Dia tumben, dia memberiku pesan smile yang menurutku tulus dan ucapan terima kasih. Ini lebih dari cukup. Dia menjadi lebih semangat. Bahkan dia memanggilku Captain. Aku aneh dengan sikap dia saat itu.
Dan itu obrolan terakhirku. Dia sekarang sibuk kembali dengan kuliahnya. Aku masih setia menunggu. Aku mencintainya, menyayanginya. Dia telah mencuri salah satu.
Apa kabar kita? Kita jadi bertemu? Itu selalu dipikiranku.
Nama dan harapan tidak pernah absen di dalam doaku. Bahkan selesai sholat selalu berdoa.
“Tuhan aku menyayanginya. Jika kau mengijinkan aku dengannya, dekatkanlah. Jika tidak, jauhkanlah. Sukseskan tulisan kami berdua. Kami mempunyai cita-cita yang sama, yaitu penulis. Tuhan, hamba ingin menjadi partner hidupnya, tidak hanya menjadi sesama calon penulis.”
Lalu, banyak yang menyuruhku berhenti, tapi bagaimana?
Nowplaying: Maudy Ayunda – Tahu diri.