Aku kembali berada di tempat ini. Aku kembali berjalan ke
masa lalu sambil menunggu masa depanku datang menghampiriku.
Rumahku sedang sepi. Ayah telah lama berpindah kerja, di
luar kota. Dan hanya pulang ketika hari libur. Ibu sedang pergi. Aku ikut bahagia
melihat dia mengikuti pengajian yang memang adalah hobinya terdahulu sebelum
pindah ke kota yang dulu ku anggap sangat asing. Kakak perempuanku sedang di
luar, jam kerjanya telah usai, tapi tidak dengan pergaulannya.
Aku terduduk sepi di ruang tamu. Ruang pertama aku bertukar
cerita, juga hati. Ruang pertama yang membuatku yakin, kamu adalah sosok itu.
Aku seperti menemukan cahaya, lebih indah dari sekedar bintang dan bulan yang
hampir setiap malam aku kagumi keindahannya.
Tapi kali ini aku terduduk di sini hanya bertemankan sepi,
juga kerinduan yang menggebu-gebu tapi tak ku akui keberadaannya. Aku kembali
mengingat apa saja yang terjadi. Tetesan air mata mulai jatuh, tapi percuma,
tetesan ini tak akan membawamu kembali. Pikirku.
Aku duduk di teras. Malam ini aku juga ditemani bintang dan
rembulan. Di hadapanku anak-anak kompleks yang sering mengintip kita dahulu
sedang berlari-larian. Aku tak pernah peduli dengan mereka.
Kemudian aku menyalakan mesin kendaraan, aku membawanya ke
tempat selanjutnya. Coffeeshop. Aku memesan menu seperti biasa. Duduk di tempat
biasa. Menatap ke luar. Sendiri. Tempat ini tetap sama, ramai. Tapi aku merasa
asing di tempat ini. Rasanya aku adalah orang yang sedang tersesat mencari
jalan keluar dari belenggu kenangan yang tak seharusnya diistimewakan.
Iced moccacino ini sangat dingin lebih dari biasanya.
Mungkin saja iced moccacinno tahu tuannya sudah tidak menjadi sepasang.
Kedinginan dalam sepi.
Tapi bukankah masa
depan tidak akan segera datang jika kita masih terbayang atau pun hidup
di masa lalu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar