Dini hari begitu cepat kembali. Dingin berselimutkan
kerinduan dan rasa kecewa.
Aku masih belajar mengeja kita. Belajar memahami kita.
Mungkin saja aku sedang belajar memahamimu, atau mungkin juga diriku sendiri.
Mungkin.
Ku biarkan ponsel pemberian ibuku setahun yang lalu tak
terpakai. Hari ini ponsel ini hampir tak bisa digunakan. Hampir setiap jam aku
menatap ponsel yang berdering. Aku tak bosan. Mungkin hatiku yang masih
mengharapkan sebuah telepon di ujung sana.
Mungkinkah?
Sebuah telepon dengan orang yang sama. Kekasihku.
Aku kecewa dengan dirimu, sayang. Kecewa. Sangat kecewa.
Aku kembali mencoba menenangkan diriku. Belajar memahami
kita.
Bukankah setiap hubungan pasti mempunyai masalah? Biarkan
aku belajar memahami apa yang salah dengan hubungan ini.
Mungkin aku salah telah cepat mempercayaimu, memberikan
hatiku. Ataukah mungkin dirimu yang salah menyerahkan hatimu yang berantakan
kepadaku, agar aku bisa memperbaikinya, merawatnya.
Mungkinkah?
Di malam yang semakin larut, aku terisak bertemankan kenangan.
Tiba-tiba saja kenangan berjalan menghampiriku. Satu tahun hubungan ini sudah
terjalin, terlalu banyak kenangan yang datang menghampiri. Menyerbuku bak seorang
buronan polisi. Aku hanya bisa menangis, berfikir, apa yang harus aku lakukan?
Mengakhiri atau memaafkanmu?
Apa lagi yang harus ku percaya denganmu?
“halo..”
“sayang, aku minta maaf..” suara di ujung sana, tetap dengan
orang yang sama.
“iya, aku sudah memaafkanmu.”
“sayang?”
“iya? Maaf, ijinkan aku kembali menyendiri. Belajarlah dari
kesalahanmu hari ini. Jika benar-benar sudah kau mengerti dan memahaminya,
beritahu aku.”
“say..”
Tut. Tut. Tut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar