Aku mengagumi dia yang duduk di depan.
Setiap pagi pukul sepuluh jam kuliahku. Aku selalu datang
tak kurang dari jam sepuluh. Jarak rumah yang sangat dekat, memungkinkanku
sedikit bermalas-malasan.
Dan di setiap pagi aku selalu mendapatkan tempat duduk di
depan. Di barisan depan atau di baris kedua. Tak pernah aku menyicipi duduk di
tengah ataupun di belakang.
Dosen yang sedang bercuap di depan seorang dosen bahasa
inggris. Ah, ini adalah pelajaran kesukaanku sedari menginjak sekolah dasar.
Aku duduk di pojokkan kelas tetap di depan, di sampingku
duduk teman-temanku yang sudah membuat rencana bersama duduk di kelas yang
sama.
Aku tak pernah begitu memperhatikan orang-orang yang ada di
kelasku. Aku tak terlalu tertarik mencari muka dengan mereka. Yang banyak ku
lakukan mungkin bermain handphone atau bercerita dengan teman-teman yang
mengajakku mengobrol.
Tapi, saat aku memalingkan sedikit kepala ke arah samping
kananku, aku terpaku. Ada sebauah wajah yang menarik. Begitu manis akan lesung
pipinya yang kadang terlihat saat ia tersenyum.
Aku menjadi sering mencuri wajahnya. Siapakah dia? Kenapa
baru ku perhatikan? Batinku.
“kamu pilih nomor berapa dan siapa?” dosen di depanku
membuyarkan pikiranku.
“err.. dua pak!” kataku dengan sedikit rasa terkejut.
Pemilihan ketua tingkat di kelasku, dan aku tak tahu siapa
saja mereka. Yang aku tahu yang dituliskan dosen nomor dua adalah temanku
sendiri.
Hanya dua jam mata kuliah dan begitu cepatnya berakhir. aku
berjalan ke parkiran bersama teman-temanku. Mereka bercerita tentang
kepemilihan ketua tingkat. Dan yang baru aku sadari adalah lelaki itu menjadi
kandidatnya.
Kenapa aku tak tahu?
Tapi tak mengapa, ia memegang wakil ketua tingkat di
kelasku.
Hello, kamu yang duduk di depan sana. Aku mengagumi
(senyuman)mu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar