Senin, 09 Desember 2013

masih seperti..


seperti malaikat, aku menyadari sosok di depanku bukanlah malaikat. Tapi entahlah, dia seperti malaikat. Bahkan alam khayalku menyadarkanku bahwa dia bukan malaikat, ia tak memiliki sayap. Dia manusia!
Dia berdiri di depanku. Kedua tangannya ia sembunyikan di balik badannya. Aku menaruh curiga dengannya.
Buku-buku yang berserakan di sebelahku tak ku perhatikan. Aku masih duduk diam terpaku. Apa yang kau akan berikan padaku? Tanyaku dalam hati.
“aku ingin kau memilih satu diantara keduanya.” Dia mengeluarkan tangannya yang menggenggam dua gelas yang berbeda warna. Sebelah kanan berisi cairan berwarna hitam pekat, dan sebelah kiri warna putih – sepertinya itu adalah air putih biasa.
Aku tak mengerti.
“aku ingin kau memilih di antara dua gelas berbeda ini. aku mencintaimu, kau tahu itu. Aku ingin tahu jawabanmu, apakah kau (masih) mencintaiku juga.”
“maksudmu?”
“jika kau pilih air yang berwarna putih ini, berarti kau benar mencintaiku. Kalau yang hitam, ya, aku tahu. Aku akan pergi.”
Aku masih setia duduk melantai, masih memegang buku yang aku baca tadi. Buku-buku yang berserakan masih tetap menemaniku yang masih diam.
Dia menurunkan badannya, menaruh kedua gelas itu ke lantai. Ia membereskan buku-bukuku yang berserakan.
“sekarang waktumu untuk memilih.”
Aku tak diam, aku akan memilih, agar drama ini segera berakhir.
Aku tahu pasti apa perasaanku sebenarnya.
Saat aku akan mengambil sebuah gelas hitam pekat itu, malah tumpah, jatuh mengenai buku yang kubaca tadi.
Lelaki di depanku tersenyum. dia tak marah sama sekali dengan pilihanku.
“harusnya aku tahu, kau benar ingin pergi dariku.” Katanya.
“nanti aku akan membelikanmu buku yang sama sebagai pengganti buku yang terkena noda ini.” lanjutnya, sebelum mengambil buku yang ku baca tadi. Ia berdiri lalu pergi entah ke mana.
Kau tetap malaikat yang sabar untukku, tapi tak mudah untuk kembali bagiku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar