Hujan di luar begitu derasnya. Seperti tak peduli ia tetap
melangkah. Lebih jauh, semakin jauh, ia tetap bersikeras akan pilihannya.
Langit berwarna abu-abu seperti ini adalah kesukaannya. Warna abu-abu yang ia
sukai menurutnya sepertinya. Masih bingung untuk memilih. Tapi di bawah guyuran
hujan seperti ini ia tetap melangkah, mencari tujuannya. Ia berfikir sudah
saatnya untuk membuat keputusan.
Di jalan seberang, terlihat perempuan yang memegang payung
berwarna hitam. Ia seperti menunggu sesuatu. Sebuah pengharapan yang tak
kunjung datang. Ia berdiri di bawah kuyuran hujan, memegang payung berwarna
hitam yang menutupinya dari kuyuran hujan.
Bukan, ia tak takut jika terkena basah. Ia tak takut akan
hujan. tapi, baginya cukup melihat hujan tanpa harus membasahi seluruh
badannya.
Lelaki itu masih tetap melangkah di bawah kucuran air hujan
yang makin deras. Ia melihat seorang perempuan yang terlihat sedang menunggu
sesuatu. Lelaki itu tahu apa yang sebenarnya membuat perempuan itu menanti.
“masih tetap ingin menunggu?”
Perempuan itu tak merespon. Ia menatap lelaki itu dengan
tatapan bingung.
“sudahlah. Ia tak akan kembali.”
“mengapa kau bilang begitu?”
Lelaki itu hanya tertawa.
“jangan tertawa!”
“kau pura-pura bodoh? hai, Rain. Dia sudah mati, bahkan
badannya telah menyatu dengan tanah.”
Perempuan itu menamparnya. Dengan sedikit terisak dia
berkata, “tubuhnya boleh hilang, tapi tak begitu raganya. Dia tetap menyatu.”
“kau begitu mencintainya sekarang. Kau tahu mengapa aku ada
di sini menghampirimu?”
Perempuan itu mengerutkan keningnya.
“karena, aku tahu kau diam-diam juga menaruh harapan
kepadaku. Menggantikannya.”
Perempuan itu terdiam.
“maaf, kalau aku terlambat menghampirimu.” Lanjutnya.
Perempuan itu tak percaya akan lelaki yang ia temui
sekarang. Ia telah lama menaruh harapan menunggunya datang menggantikan yang
lalu. Tapi, ia tak terlalu percaya diri dan memilih tinggal di masa lalunya.
Seperti contohnya, sekarang ia berdiri di bawah payung di bawah kucuran air
hujan.
Tak banyak kata yang terlontar lagi. Hanya suara air hujan
yang menemani mereka berdua, saling berbicara dengan hati masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar