Senin, 09 Desember 2013

di bawah hujan


Hujan di luar begitu derasnya. Seperti tak peduli ia tetap melangkah. Lebih jauh, semakin jauh, ia tetap bersikeras akan pilihannya. Langit berwarna abu-abu seperti ini adalah kesukaannya. Warna abu-abu yang ia sukai menurutnya sepertinya. Masih bingung untuk memilih. Tapi di bawah guyuran hujan seperti ini ia tetap melangkah, mencari tujuannya. Ia berfikir sudah saatnya untuk membuat keputusan.
Di jalan seberang, terlihat perempuan yang memegang payung berwarna hitam. Ia seperti menunggu sesuatu. Sebuah pengharapan yang tak kunjung datang. Ia berdiri di bawah kuyuran hujan, memegang payung berwarna hitam yang menutupinya dari kuyuran hujan.
Bukan, ia tak takut jika terkena basah. Ia tak takut akan hujan. tapi, baginya cukup melihat hujan tanpa harus membasahi seluruh badannya.
Lelaki itu masih tetap melangkah di bawah kucuran air hujan yang makin deras. Ia melihat seorang perempuan yang terlihat sedang menunggu sesuatu. Lelaki itu tahu apa yang sebenarnya membuat perempuan itu menanti.
“masih tetap ingin menunggu?”
Perempuan itu tak merespon. Ia menatap lelaki itu dengan tatapan bingung.
“sudahlah. Ia tak akan kembali.”
“mengapa kau bilang begitu?”
Lelaki itu hanya tertawa.
“jangan tertawa!”
“kau pura-pura bodoh? hai, Rain. Dia sudah mati, bahkan badannya telah menyatu dengan tanah.”
Perempuan itu menamparnya. Dengan sedikit terisak dia berkata, “tubuhnya boleh hilang, tapi tak begitu raganya. Dia tetap menyatu.”
“kau begitu mencintainya sekarang. Kau tahu mengapa aku ada di sini menghampirimu?”
Perempuan itu mengerutkan keningnya.
“karena, aku tahu kau diam-diam juga menaruh harapan kepadaku. Menggantikannya.”
Perempuan itu terdiam.
“maaf, kalau aku terlambat menghampirimu.” Lanjutnya.
Perempuan itu tak percaya akan lelaki yang ia temui sekarang. Ia telah lama menaruh harapan menunggunya datang menggantikan yang lalu. Tapi, ia tak terlalu percaya diri dan memilih tinggal di masa lalunya. Seperti contohnya, sekarang ia berdiri di bawah payung di bawah kucuran air hujan.
Tak banyak kata yang terlontar lagi. Hanya suara air hujan yang menemani mereka berdua, saling berbicara dengan hati masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar